Sabtu, 22 November 2008

Dampak Perkembangan Teknologi Terhadap Budaya

Pengaruh Budaya dan Teknologi Apakah suatu teknologi netral ? pertanyaan itu dapat dijawab dari beberapa aspek. Apabila dari segi teknis dimana teknologi dibuat dan dari segi cara kerja dapat dikatakan netral. Tetapi ketika teknologi itu digunakan pada kehidupan sehari & hari manusia, teknologi tampak tidak netral karena banyak hal yang mempengaruhi pengguna teknologi tersebut antara lain status sosial, kemampuan atau daya beli, skill, dan lain-lain. Hal ini dapat diperlihatkan dengan cara penggunaan snowmobile yang berbeda & beda seperti untuk berburu untuk masyarakat Eskimo, untuk rekreasi untuk masyarakat Kanada. Teknologi pada umumnya yang diketahui umum oleh masyarakat adalah berdasarkan dari segi teknis.

Tetapi pada kenyataannya, ada definisi terselubung yang membuat suatu teknologi dibuat. Definisi teknologi tidak terlepas dari budaya suatu daerah dan segi organizational. Teknologi
dibuat tetapi disetiap daerah belum tentu teknologi itu bermanfaat. Ada faktor tujuan, nilai, kepercayaan, dan kesadaran dari masyarakat daerah tersebut. Contohnya adalah teknologi 3G yang telah berkembang sekitar tahun 2002 tetapi di Indonesia baru berkembang dan digunakan sekitar tahun 2005 karena masyarakat Indonesia menganggap teknologi itu
belum berguna untuk kebutuhannya. Dari segi organisasional, contoh yang paling jelas adalah perkembangan teknologi televisi karena televisi telah menjadi kebutuhan primer masyarakat Indonesia. Pengaruh politik oleh pemerintah juga dapat mempengaruhi penggunaan teknologi seperti yang terjadi di negara Cina dimana tidak semua situs internet dapat digunakan oleh masyarakat Cina.

Penggunaan teknologi juga bergantung dari letak daerah masyarakat yang menggunakan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan sektor pertanian dengan menggunakan teknologi di
beberapa daerah yaitu Inggris, Belanda, dan Amerika. Di Inggris dan Belanda yang memiliki luas tanah yang sempit diperlukan efisiensi jumlah pekerja sehingga diperlukan perkembangan teknologi seperti penemuan bibit unggul, sistem pengairan yang baik, perkembangan teknologi seperti penemuan traktor. Sedangkan di Amerika yang memiliki luas tanah yang luas dapat menggunakan jumlah pekerja yang ada sehingga perkembangan teknologi tidak sepesat yang
terjadi di Inggris dan Belanda.

Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Pengertian lain teknologi adalah karya manusia yang diciptakan untuk mendukung kehidupan manusia dan meningkatkan kesejahteraan manusia.

Teknologi sudah menjadi nadi kehidupan yang terus berjalan, mengalir dan berkembang sedemikian cepat sehingga seluruh sendi kehidupan manusia modern telah tergantung kepadanya. Dengan teknologi manusia semakin mudah dan cepat dalam memenuhi kebutuhannya. Namun di sisi lain teknologi yang minim landasan nilai telah melahirkan banyak krisis. Berbagai krisis seperti krisis ekonomi, krisis kemanusiaan, krisis moral, krisis ketakwaan, krisis lingkungan dan berbagai krisis lainnya semakin akrab dalam kehidupan manusia.

Seperti kita ketahui bersama bahwasanya teknologi yang ada saat ini dikatakan modern dan memiliki banyak kemajuan dibanding dengan teknologi yang telah ada pada beberapa abad yang lalu. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kemajuan teknologi tersebut memberi dampak positif pada manusia atau justru menggiring manusia menuju kehancurannya?
Manusia memiliki dua peranan yang harus dilakoni dalam kehidupan ini, yaitu manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai seorang individu manusia memiliki sifat egois, ambisius dan tidak pernah puas. Sedangkan dalam peranannya sebagai makhluk sosial mereka dituntut untuk bisa berbagi dan saling tolong menolong.

Dari kedua sifat yang saling bertolak belakang itulah muncul teknologi. Singkat kata teknologi juga memiliki dua sifat yang berbeda, yaitu positif dan negatif. Kedua dampak tersebut pasti berjalan beriringan seiring dengan teknologi yang dihasilkan manusia. Karena akhir – akhir ini banyak yang lebih mementingkan individualisme daripada sosial kemasyarakatan, maka teknologi yang dihasilkanpun cenderung kepada sifat yang negatif. Banyak kerugian yang ditimbulkan daripada keuntungannya. Sebagai contoh penerapan teknologi nuklir yang diselewengkan menjadi senjata pemusnah massal dan pengerukan sumber daya alam secara berlebihan yang berdampak pada hilangnya keseimbangan ekosistem di bumi. Kedua contoh tersebut merupakan dampak negatif yang muncul akibat sifat egois, ambisius dan tidak pernah puasnya manusia dalam kehidupannya.

Detik – detik ini dikenal dengan masa runtuhnya berbagai wacana besar. Modernisme sebagai wujud krisis kemanusiaan akibat ancaman nuklir, AIDS atau kerusakan sistem sosial yang terus berkembang kepada kekacauan sistem yang telah membuktikan keberhasilannya menjadi penguasa jaman, saat ini terus mengalami goncangan hebat semenjak kritik pedas dari berbagai kalangan akibat efek samping yang mengerikan sehingga terjadinya kerusakan lingkungan.

Hal di atas perlu kita waspadai, oleh sebab itu diperlukan pengawalan terhadap perkembangan teknologi yang berbasis pada nilai-nilai. Juga perlu ditumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai luhur yang relevan sebagai koridor pemandu sikap terhadap perkembangan teknologi.

Namun cara berfikir yang memandang bahwa masa sebelumnya, abad pertengahan, sebagai masa yang lebih baik juga tidak bisa dibenarkan. Secara bijak, lebih baik kita memandang fase – fase peradaban manusia ini sebagai sebuah pelajaran, khususnya untuk membangun peradaban baru pengganti modernisme.

Bila kita mencoba memandang awal kelahiran modernisme, kita akan melihat sebuah proses revolusi peradaban yang berawal dari revolusi pemahaman manusia tentang cara pandang terhadap realitas melalui fisika di tangan Descartes. Disaat itu Descartes membangun sebuah wacana besar tentang metode pemahaman realitas yang bertumpu pada konsep Democritus yang membagi realitas ke dalam atom – atom penyusun realitas dan kemudian dicari sistemnya terhadap keseluruhan. Di tangan Descartes dan para pengikutnya inilah kemudian Fisika yang menjadi Geometris menjelma sebagai bentuk ideologi besar modernisme, bahkan kemudian setelah meruntuhkan dominasi gereja bisa menjadi ‘satu-satunya’ tafsir kebenaran terhadap segala macam realitas. Alam di dalam tafsir ala Descartes merupakan sebuah alam yang ‘langsung jadi’ dan tidak memiliki perubahan. Sistemnya tetap, begitu juga elemen pembentuk alam.

Setelah konsepsi Descartes mempengaruhi segala macam kehidupan, termasuk tatanan sosial di tangan Bacon dan Comte, kemudian alam fikiran modern mengenal seorang Lamarck dan Darwin dengan teori evolusinya di bidang Biologi . Walaupun keduanya sejatinya berbeda dalam memaknai proses evolusi, namun konsep evolusi ini merupakan sebuah revisi terhadap konsep ala Descartes yang menganggap alam sebagai sebuah sistem yang tetap. Ternyata ide Darwin ini kemudian mendapat dukungan dari generasai berikutnya, yang kemudian abad modern mengenal Karl Marx yang dikenal sebagai seorang Darwinian Sosial yang menganggap bahwa proses pergantian sosial pun memerlukan seleksi alam, bahkan dihalalkan adanya konflik untuk keluar sebagai pemenang dalam proses seleksi alam.

Setelah dunia mengenal Newton, kemudian Fisika mengalami proses penyempurnaan lagi. Realitas yang terdiri atas sistem dan elemen pembentuk sistem (Descartes), dan realitas yang sejatinya mengalami sebuah evolusi terus menerus (Darwin) di terangkan oleh Newton dalam Mekanika. Wacana besar pembentuk modernisme di tangan Newton bisa dibilang sempurna. Dan wacana besar Descartes, Darwin dan Newton ini yang kemudian menjadi fondasi modernisme. Apalagi ketiga konsep besar itu menemukan bentuk fungsionalnya dalam teknologi ditangan para teknolog, sebuah revolusi industri telah dialami oleh umat manusia semenjak akhir abad ke -17.

Belajar dari kebijaksanaan klasik Cina yang sering disitir Fritjof Capra, keadaan krisis yang dialami dunia saat ini tidak perlu selalu dimaknai sebagai sebuah keadaan negatif. Di dalam kebijaksanaan klasik Cina, konsep ‘krisis’ menggunakan kata weiji yang terdiri dari huruf-huruf yang berarti “ bahaya” dan “kesempatan” . Artinya, krisis dalam proses transisi ini selain mengandung bahaya juga mengandung kesempatan yang bisa membuat kondisi umat manusia menjadi lebih baik.

Melihat proses kelahiran modernisme di atas, bisa dikatakan peran Sains ( atau lebih tepatnya Natural Science) dalam menentukan arah peradaban cukup besar. Dimana para Saintis yang memiliki kompetensi filosofis tersebut ternyata terbukti bisa menggiring sejarah umat manusia. Begitu juga peran teknologi, dimana ketika sains memiliki peran besar dalam proses pembentukan wacana besar yang menjadi fondasi ‘kebenaran’, teknologi sebagai bentuk aplikasi sains memiliki peran besar dalam realitas sosial. Pendek kata, sains bisa bermain di ‘langit’ dan teknologi bisa bermain di ‘bumi’